01 April 2008

Tour de East Java, Tetap Ingin Naik Kelas

TAHUN ini TdEJ menjadi ajang kali keempat. Secara kualitas, penyelenggaraan terus ditingkatkan oleh panitia pelaksana (panpel).

Namun, ada satu hal yang masih terus dikejar panitia, yakni meningkatnya grade balapan yang kini masih pada tingkat 2.2 UCI.

Tidak mudah memang meningkatkan ajang balap menjadi lomba dengan grade 2.1 yang nanti diikuti tim-tim divisi II itu.

"Hadiah dipastikan harus naik dua kali lipat dibanding lomba sekarang yang sementara ini total masih Rp 500 juta," ujar direktur panpel TdEJ Sastra Harijanto Tjondrokusumo.

Tidak hanya itu, fasilitas pun harus ditingkatkan menjadi dua kali lipat bahkan lebih. Jika sekarang panpel hanya diharuskan menyediakan satu mobil untuk satu tim peserta, pada lomba sekelas Tour de Langkawi (TdL) tiap-tiap tim harus mendapat fasilitas dua mobil untuk para pembalap dan satu mobil khusus barang.

Jumlah etape untuk ajang balap dengan grade 2.1 juga minimal 9 etape. Masih banyak lagi yang harus dipenuhi panpel, termasuk meningkatkan fasilitas standar untuk hotel peserta lomba.

"Mungkin untuk menyelenggarakan even sekelas itu dibutuhkan dana Rp 5 miliar," tambahnya.

Namun, tidak hanya prestise yang dikejar panpel. Sisi promosi yang semuanya untuk kemajuan pariwisata Jatim juga menjadi tujuan utama yang terus diusahakan panitia. "Kami ingin bisa berbuat untuk kemajuan Jatim dan Indonesia," ujarnya.

Hari lalu membandingkannya dengan Tour de France. Balapan bergengsi di muka bumi tersebut tetap dipertahankan Pemerintah Prancis, meski menelan biaya besar.

"Even itu adalah lambang dari kemakmuran dan tingkat kredebilitas warga negara Prancis dalam menjaga pamor dan kualitas lomba tersebut," tegas Hari yang juga menjabat Sekum ISSI Jatim.

Dia mengaku, usaha mempertahankan ajang yang ada sekarang bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Jatim ini juga sangat didukung oleh Gubenur Jatim Imam Utomo. Menurutnya karena Imam jugalah ajang even yang mulai dilaksanakan sejak 2005 itu terus bisa berlangsung hingga saat ini.

Ke depan, sisi promosi dan pengenalan terhadap pariwisata Jatim akan lebih ditonjolkan. Tidak hanya mendisain rute melewati tempat pariwisata. Namun, juga dengan menggelar pertunjukan budaya saat welcome party.

"Jika semua bisa dijalankan secara ideal tentu tujuan untuk lebih meningkatkan kualitas balapan dan terangkatnya pamor pariwisata di Jatim akan tercapai," terangnya.

Sayang ada beberapa prasarat yang masih belum dipenuhi TdEJ sesuai standar UCI regulation untuk ajang balap grade 2.2. Pertama panpel TdEJ tidak memiliki tes untuk indikator doping. Menurut Hari, pengadaan alat tersebut sangat mahal jika dilakukan satu-persatu tes terhadap semua pembalap.

Kedua, panitia juga belum memiliki toilet berjalan untuk fasilitas pembalap dan anggota tim. Ketiga, ruang pers yang sesuai standar yang ditetapkan UCI juga belum bisa direalisasi untuk tahun ini.

Akibatnya, panitia terpaksa membayar denda untuk tiga macam pelanggaran. "Setiap kali even saya pasti berusaha merealisasi semua itu. Namun, untuk sementara kami belum bisa," ujarnya.

jawapos.com

Tidak ada komentar: