01 April 2008

Tour de East Java, Prestasi di Tengah Larangan

BURUKNYA citra Indonesia di mata dunia berimbas pada penyelenggaraan Tour de East Java (TdEJ). Cobaan tersebut terus menghantui eksistensi ajang yang kini dilangsungkan pada 2-6 April itu. Bahkan, pada 2005, tahun pertama penyelenggaraan even, beberapa negara melarang warganya berkunjung ke Indonesia karena bom Bali 2005.

Namun, usaha panitia penyelenggara (panpel) untuk meyakinkan tim asing berbuah hasil. Walau dilarang negaranya, tim City of Perth dari Australia tetap memberangkatkan 6 pembalapnya.

Itu disebabkan panpel bersedia menjamin keamanan para pembalap asal Negeri Kanguru tersebut dengan menandatangani surat perjanjian.

"Saat itu, kami ingin membuktikan bahwa keamanan Indonesia tidak seburuk yang disangka orang di luar negeri," tegas Direktur Panpel TdEJ 2008 Sastra Harijanto Tjondrokusumo.

Selain itu, larangan berkunjung dari beberapa negara-negara adidaya ke Indonesia karena bencana tsunami di Aceh akhir 2005 membuat banyak peserta ragu untuk ikut serta. Memang, tercatat jumlah peserta dari tim mancanegara pada tahun kedua pelaksanaan ajang TdEJ itu paling sedikit dibandingkan dengan jumlah peserta pada penyelenggaraan hingga saat ini.

Hanya, ada 7 tim asing yang ikut. Tim Giant Taiwan yang ikut pada 2005, 2007, dan 2008 memilih absen pada 2006. "Saat itu, ketika saya mengonfirmasi keikutsertaan beberapa tim mancanegara untuk kembali berlomba, banyak persepsi dari beberapa orang asing bahwa Indonesia sangat berbahaya dan akan segera tenggelam," imbuhnya.

Tidak berhenti di situ, banyak peserta yang ragu untuk ikut pada even 2007 karena gempa di Jogja dan Nias. Namun, belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, panpel terus bekerja keras meyakinkan peserta. Salah satunya, mengirimkan tim dari Indonesia, yakni Polygon Sweet Nice (PSN), untuk mengikuti ajang balap di luar negeri.

"Di setiap ajang balap yang diikuti PSN, saya terus melakukan pendekatan kepada setiap tim calon peserta yang intinya menjamin bahwa Indonesia masih sangat aman untuk dijadikan tempat mengadakan lomba kelas dunia," tegas Hari yang juga direktur klub PSN tersebut.

"Beberapa kali, saya ikut ajang balap di mancanegara. Beberapa kali pula, hadiah yang seharusnya menjadi hak kami tidak dibayarkan. Namun, saya tegaskan hal itu tidak akan terjadi di TdEJ," lanjut pria yang juga pengusaha makanan itu.

Keamanan pembalap juga menjadi faktor penting yang terus ditingkatkan panpel. Hari mengaku pada 2007 TdEJ telah mendapatkan penghargaan dari UCI (Uni Balap Sepeda Internasional).

Sebab, panpel telah mampu menjadikan ajang tersebut masuk dalam urutan sepuluh besar balapan paling aman di Asia. "Banyak even balapan di luar negeri yang memakan korban karena ada kendaraan pribadi yang masih melintas di rute lomba akibat lalainya petugas keamanan. Saya jamin hal itu tidak akan terjadi di TdEJ," tukasnya.

Keberhasilan panitia itu dibuktikan dengan keikutsertaan tim mancanegara yang terus meningkat. Diawali dengan keikutsertaan 11 tim dalam penyelenggaraan pada tahun pertama, kini peserta asing telah mencapai 16 tim.

"Kredibilitas panitia dan tertibnya even juga menjadi jaminan keikutsertaan klub mancanegara di setiap tahun," imbuh Syarif Hidayat, wakil sekretaris umum I panpel.

jawapos.com

Tidak ada komentar: