Sampai Bingung Kapan akan Pensiun
Tonton Susanto begitu populer dalam dunia balap sepeda tanah air. Empat medali emas SEA Games telah dia sumbangkan. Kini, meski sudah berusia 35 tahun, dia tetap diandalkan.
Tahun 1988 menjadi momen paling penting dalam karir balap sepeda Tonton. Saat itu, dia mulai berkenalan dengan balap sepeda.
Perkenalan Tonton terhadap olahraga kayuh itu sebenarnya tidak dilakukan dengan sengaja. Awalnya dia hanya melihat aktivitas bersepeda yang dilakukan Michele. Pria asal Prancis itu tinggal di Subang, Jawa Barat, dekat dengan tempat tinggal Tonton. Dia tinggal di Jawa Barat karena memiliki istri dan restoran di Pangandaran.
Tertarik dengan keasyikan Michele bersepeda, Tonton meminta kepada si bule untuk mencoba. Dari sana Michele melihat bakat besar pada diri Tonton. Tanpa lelah, Michele menempa Tonton untuk menjadi pembalap sepeda yang berprestasi. Dia begitu sabar dalam memberikan bimbingan kepada Tonton layaknya seorang bapak kepada anak.
"Hal itu yang membuat saya betah terus berlatih balap sepeda di tengah banyaknya godaan ajakan untuk bermain sepak bola ataupun bulu tangkis sebagai cabang olahraga yang lebih populer," kenang pembalap yang kini memperkuat tim L2A (Malaysia) itu.
Dengan dasar-dasar teknik yang diberikan Michele, pada tahun itu juga dia segera bergabung dengan klub lokal Subang, Klub Kuda Laut (KDL). Nama Tonton mulai bersinar setelah dia menjadi juara dalam beberapa kejuaraan di Jawa Barat. Pada 1990, dia hijrah ke klub Adi Chandra.
Karir di ajang internasional dimulai Tonton pada 1995. Dalam debutnya di ajang SEA Games, dia membukukan sukses yang fenomenal dengan merebut emas. Hingga kini, dia telah mengoleksi empat emas dan satu perak SEA Games. PB ISSI pun terus mengandalkan dia dalam kualifikasi Olimpiade 2008 Beijing.
Superioritas Tonton di level nasional itu tentu saja membuat bangga. Namun, di pihak lain hal itu juga menimbulkan kekhawatiran. Itu menjadi bukti bahwa pembinaan balap sepeda di tanah air tidak berjalan dengan baik.
"Itu (masalah regenerasi, Red) membuat saya tidak tahu kapan harus berhenti dari timnas. Regenerasi tidak berjalan baik di negara kita ini. Buktinya, belum ada peningkatan prestasi dari para pembalap baru dan muda hingga sekarang," keluh Tonton.
Menurut Tonton, dirinya tidak memiliki resep rahasia untuk meraih prestasi. Kuncinya adalah latihan keras dan disiplin. Sebagai atlet olahraga terukur, dia selalu mengikuti perkembangan pembalap yang dianggap sebagai pesaing terberat.
Bukan hanya itu, dia selalu memantau perkembangan dunia balap sepeda pada umumnya. Mulai metode latihan hingga teknologinya.
"Saya juga harus berlatih lebih keras dan mencari metode latihan baru yang lebih efektif," tuturnya.
Salah satu cara yang ditempuh pembalap peringkat keempat Asia itu untuk tidak tertinggal adalah selalu meng-update data dari internet. "Saya selalu mengikuti perkembangan catatan waktu, average speed tanpa lupa memperhatikan profil stage-nya dari ajang balap yang diikuti Gadher Misbani, Ahad Kazemi, dan para pembalap climber terbaik lain," papar pembalap spesialisasi tanjakan itu.
Resep untuk menghadapi sebuah even, Tonton pun mau terbuka. Jika mempersiapkan diri untuk berlaga di ajang yang melombakan nomor road race, dia akan berlatih lima sampai enam jam sehari. "Namun, jika akan berlaga di nomor individual time trial (ITT), saya akan berlatih minimal selama tiga hingga empat jam," ujar pembalap yang mengidolakan tujuh kali juara Tour de France Lance Armstrong itu.
Ketika usianya menapak 35 tahun, prestasi Tonton mulai menurun. Dalam SEA Games 2007 lalu, dia hanya merebut perak setelah dalam empat SEA Games sebelumnya selalu merebut emas.
Namun, di level dalam negeri dia tetap yang terbaik. Dalam Tour de East Java pada 2-6 April lalu, dia adalah pembalap lokal terbaik di klasemen akhir individual. Dia juga menjadi satu-satunya pembalap lokal yang mampu mengenakan yellow jersey pada etape kesatu dan kedua.
17 April 2008
Tonton Susanto, Belasan Tahun Menjadi Pembalap Andalan Merah Putih
jawapos.com
Label:
Tahukah Kamu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Cuman koreksi, namanya Michel, aslinya emang dari Prancis, dan dia tinggal di Pangandaran dari tahun 84 (bukan Subang), dia buat klub sepeda dengan almarhum pak Rukman namanya kuda laut Pangandaran ( bukan Subang). Terima kasih.
Bagus koreksinya.
Posting Komentar