03 April 2008

Jelang GP Bahrain, (2)

Motivator Tak Harus Bicara
Fernando Alonso punya sejarah manis di Bahrain. Dua kali dia menang di Sirkuit Sakhir, pada 2005 dan 2006 lalu. Tahun ini, bersama Renault, dia tak punya harapan tinggi. Pokoknya melangkah maju.

Ulasan Azrul Ananda

Tidak mudah, dan mungkin tidak enak, bagi seorang bintang untuk mengulangi langkah dari awal. Fernando Alonso sudah bertahun-tahun berkiprah bersama tim papan atas. Setiap datang ke sebuah sirkuit, dia selalu menatap ke podium, mengincar minimal posisi tiga besar.

Tahun ini, kembali bersama Renault, Alonso sudah merasa bahwa podium tidak lagi realistis. Sekarang, yang dia incar masih satu, dua, dan tiga. Tapi bukan posisi finis. Melainkan satu, dua, atau tiga poin. Alias finis di urutan delapan, tujuh, atau (kalau bisa) enam.

Menghadapi Grand Prix Bahrain akhir pekan ini, Alonso memang tak punya harapan tinggi. Di Malaysia 23 Februari lalu, dia hanya mampu finis kedelapan, meraih satu poin. "Tidak mungkin bagi saya untuk meraih lebih. Memang hanya satu poin, tapi satu poin yang sangat penting," tuturnya.

Di Bahrain, kalau bisa meraih satu poin saja, Alonso mengaku sudah cukup puas. Dia sadar betul, performa mobil Renault R28 masih jauh di belakang tim-tim papan atas.

"Saat ini performa kami belum sampai tahap itu. Tapi, kami terus bekerja keras mengejar ketinggalan. Meraih poin adalah tujuan kami saat ini. Dan kami harus menghadapi musim ini step-by-step (selangkah demi selangkah, Red), terus memperbaiki diri," tuturnya.

Menurut Alonso, seperti biasa, dia akan mengerahkan segala kemampuan. "Kami harus mampu mengambil keuntungan dari segala peluang yang ada di depan mata," ucapnya.

Rekan setim Alonso, Nelson Piquet Jr., juga tak punya harapan muluk. Meraih satu atau dua poin sudah akan istimewa bagi pembalap asal Brazil itu.

Begitu pula dengan Pat Symonds, bos teknis Renault. Kata Symonds, hasil GP Malaysia biasanya memberi indikasi baik tentang peta kekuatan F1. Belum paling akurat, tapi sudah memberi petunjuk kuat. Dan kalau melihat hasil di Malaysia, maka Renault memang harus kerja ekstra keras. Mungkin, peringkat Renault mungkin masih ada di urutan enam. Di belakang Ferrari dan McLaren-Mercedes, masih ada tiga tim lain yang mungkin lebih baik saat ini.

"Kami harus menyadari bahwa BMW, Toyota, dan mungkin Williams masih lebih unggul dari kami. Karena itu, kami harus benar-benar kerja keras," tegasnya.

Problem utama Renault, ungkap Symonds, ada pada aerodinamika. Pada 2007 lalu, Renault memang memulai pengembangan mobil 2008 lebih dini. Namun, hasilnya belum sesuai harapan. "Sekarang kami harus melipatgandakan upaya di area itu," ucapnya.

Di sisi lain, Symonds mengaku bangga Renault masih punya satu keunggulan. Yaitu reliability alias ketahanan mobil. Dan itu bisa menjadi senjata untuk mencuri poin dari lawan. "Nelson memang tidak finis di Australia, tapi itu bukan masalah serius. Di luar itu, segalanya sangat lancar," ungkap Symonds.

Selain itu, Symonds menyebut Alonso sebagai motivator hebat. Bukan lewat omongan, melainkan lewat upaya di lintasan. "Dia tak perlu keliling menyemangati orang. Hasil yang dia raih sudah cukup untuk memberi motivasi. Semua orang tahu, di setiap lomba Fernando memberikan upaya 100 persen. Apa pun kendalanya. Ini berdampak sangat baik terhadap seluruh jajaran tim," paparnya.

Symonds menegaskan, Renault benar-benar berambisi kembali ke puncak F1. "Seluruh anggota tim benci hasil tahun lalu, apalagi setelah dua tahun sering menang. Kami akan berusaha kembali ke standar itu, tidak akan puas dengan hasil di bawah itu," tukasnya.

jawapos.com

Tidak ada komentar: